Pengalaman saya sebagai sopir truk selama lebih dari 14 tahun lebih terasa pahit daripada manis. Saat mengemudi, saya selalu merasa begitu dekat dengan kematian. Pekerjaan sebagai sopir hanya dianggap sebagai pekerjaan rendah yang tidak membutuhkan ijazah, cukup dengan kemampuan dan kekuatan fisik saja.
Saya memulai sebagai kenek dan kemudian belajar mengemudikan truk besar dari sopir. Setelah beberapa waktu, saya menjadi terbiasa mengemudikan truk besar. Dan memulai kerja sebagai sopir dengan mengemudikan mobil angkutan pedesaan. Saya bekerja sejak pukul 5 pagi sampai pukul 11 siang dan gaji saya bergantung pada jumlah penumpang yang saya angkut.
Sekarang saya kerja sebagai sopir truk angkutan barang, saya memiliki banyak pengalaman yang bisa saya petik. Saat di jalan, saya harus pandai dalam menghitung pengeluaran, mulai dari pengeluaran BBM, bayar tol, pungli di jalanan dan lain nya.
Saya harus menghemat pengeluaran, karena saat sampai di tujuan pengiriman barang, saya sering harus menunggu berhari-hari untuk membongkar muatan. Demi menghemat biaya operasional saat berpergian, saya hanya makan makanan yang sederhana dan murah. Malam hari, saya lebih memilih tidur di luar, cukup dengan alas terpal atau kardus. Saya jarang sekali bisa tidur dengan nyenyak, bukan karena udara yang dingin atau banyaknya nyamuk, tetapi karena ingin memastikan bahwa barang yang saya bawa tetap aman. Barang yang saya bawa bisa memiliki nilai ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Baca Juga : Menjadi Pekerja Keras Untuk Keluarga Agar Bahagia
Menjadi sopir menghadapi banyak resiko dan membawa tanggung jawab besar. Saya harus menempuh ribuan kilometer meskipun upah yang saya dapatkan tidak sebanding. Saya harus menahan lapar untuk memastikan bahwa barang yang saya angkut sampai dengan cepat ke tujuan. Agar barang tersebut selalu aman, saya harus mencegah dan memastikan agar barang tidak rusak. Saat melewati tempat sepi, saya harus siap dan bersiaga agar barang tidak diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Selain mengemudikan truk, saya juga mengendarai mobil angkutan sayur dan ikan air tawar segar. Saat mengantar sayuran, saya harus cepat karena harga sayur sangat bergantung pada waktu dan kondisi. Mengemudi angkutan cabe dan ikan air tawar sangat sulit, hanya untuk sopir yang berani dan tidak takut mati.
Sebagai sopir angkutan, saya memiliki banyak pengalaman melintasi berbagai wilayah, mulai dari kota hingga lintas negara. Meskipun ada banyak hal yang menyenangkan dan menguji kesabaran, ada juga hal yang sangat menyedihkan seperti jauh dari keluarga, mogok di tengah jalan, dan uang jalan habis.
Meskipun banyak orang menganggap rendah profesi saya, saya tetap bersungguh-sungguh melakukannya agar anak-anak saya bisa makan dan mendapat pendidikan. Saya sangat ikhlas menjalani profesi ini.
Baca Juga : Bekerja Secara Independen Tanpa Terikat Dengan Lembaga