Pengalaman Menjalani Magang di Puskesmas

Posted on

Setelah lulus kuliah, ada kebijakan bahwa seseorang harus melakukan magang selama minimal 3 bulan sebelum menerima ijasah aslinya. Saya belum menemukan tempat magang, saya diajak teman untuk mendaftar magang di puskesmas di sebuah kabupaten, meskipun harus menempuh perjalanan sekitar 1 jam melalui daerah industri yang berdebu dan beberapa senior kampus juga sudah bekerja di sana.

Saya diterima untuk magang di puskesmas tanpa diberikan gaji. Saya hanya membutuhkan surat keterangan magang. Puskesmas sangat sibuk dengan fasilitas rawat inap dan 2 ruang bersalin. Selama masa magang, kami harus menangani semua pasien, mulai dari ruang IGD, rawat inap, dan kamar bersalin. Kami hanya memiliki 1 hari libur setelah bekerja selama 2 hari malam.

Karena jarak rumah dan puskesmas sekitar 1 jam, saya memutuskan untuk menyewa kos dekat puskesmas. Tempat itu bagus dengan 18 kamar, tetapi sayangnya hanya saya dan teman saya yang bekerja sebagai magang, sementara yang lain adalah siswa. Kamar mandi hanya 4, jadi bayangkan pada jam 4 pagi saat siswa bergantian mandi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, sementara kami membutuhkan istirahat yang lebih. Karena saya tidak bisa menahan keadaan itu, saya akhirnya menyerah dari tinggal di kos dan memutuskan untuk pulang pergi dari rumah ke puskesmas.

Suatu malam, saya harus bekerja pada sift malam mulai pukul 20.00. Saya harus berangkat pukul 19.00 agar tepat waktu. Namun, saat perjalanan hujan turun dengan deras dan lampu motor saya mati. Jalan akses menuju puskesmas cenderung sepi dan kurang terang. Saya sangat sedih dan khawatir, bekerja tanpa dibayar dan harus menghadapi situasi seperti ini.

Ketika tiba di puskesmas, celana saya basah dan saya merasa sangat kedinginan. Sayangnya, pasien sangat banyak dan ada rencana merujuk mereka ke rumah sakit umum lagi. Saya khawatir bahwa saya akan menjadi pesuruh senior yang keras dan tidak memuaskan. Saya merasa sangat sedih saat itu. Ini sudah bulan ke-6 setelah lulus kuliah, tapi saya masih berharap menerima uang transfer dari ayah.

Sampai saat ini belum ada panggilan interview dari rumah sakit manapun setelah menyebar lamaran menggunakan ijazah sementara. Kurang dari seminggu lagi magang saya akan selesai, tapi belum ada tanda-tanda diterima bekerja. Saya sudah pasrah dan bahkan menanyakan menjadi tenaga honorer, tapi senior di puskesmas tidak menyarankan karena upahnya kecil dan hanya cukup untuk membayar bensin saja. Senior tersebut memberikan semangat dan informasi tentang lowongan kerja. Pagi itu, saat merujuk pasien ke rumah sakit swasta, kami diminta meninggalkan nomor telepon. Senior saya meminta untuk memberikan nomor telepon saya karena dia tidak membawa ponsel. Saya menyetujui syarat tersebut, dengan harapan jika rumah sakit tersebut menghubungi, maka senior saya yang akan menjawab.

Pulang dari tugas memakai ambulan, tak lama setelah itu ada panggilan masuk dari nomor yang terlihat seperti nomor kantor. Saya memberikan hp saya ke mbak senior, tapi setelah diangkat, ia kembali menyerahkan kembali hp saya.

Itu adalah panggilan dari rumah sakit tempat saya melamar pekerjaan, mereka mencari saya. Ternyata ini adalah panggilan untuk wawancara pertama saya di rumah sakit swasta yang awalnya saya meragukan akan diterima.

Dan sekarang saya sudah bekerja selama beberapa tahun di rumah sakit tersebut, impian saya untuk bekerja dekat rumah tercapai, hanya 15 menit dari rumah dan berada di pusat kota.

Baca Juga : Pengalaman Kerja Pembina Sentra Di Bank

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *