Kenangan Suka Duka Bekerja Di Pertambangan

Posted on

Saya akan berbagi sedikit cerita suka duka saat bekerja di pertambangan. Saya bekerja sebagai kontraktor pertambangan dan tinggal di mess karyawan.

Saya ditempatkan bersama satu rekan kerja di satu kamar. Sedangkan bagi kepala departemen, mereka mendapatkan kamar pribadi. Namun, bagi operator dan mekanik, mereka tinggal ber tiga dalam satu kamar.

Saya bekerja di tambang dengan jadwal 8 minggu bekerja dan 2 minggu libur. Pola kerja ini salah satu alasan mengapa saya memutuskan untuk resign, meskipun ada faktor lain yang saya sebutkan. Jadwal kerja yang sangat berat ini, 8 minggu bekerja dengan pekerjaan lapangan yang sangat banyak dan hanya 2 minggu libur, dan bahkan 2 hari untuk perjalanan pulang dan pergi membuat hanya ada 12 hari untuk bersama keluarga. Meskipun ada video call, tapi kehadiran secara fisik tidak bisa digantikan hanya dengan video call.

Kadang-kadang ada konflik dengan masyarakat setempat, ada yang enak diajak kerja dan ada juga yang tidak. Saya ceritakan satu kejadian dimana group leader kami yang diungsikan oleh perusahaan karena diancam dan tidak ada yang bisa berbuat apa-apa, hanya dikasih solusi untuk melarikan diri saja.

Jadi, seorang Group Leader memarahi anak buahnya karena bekerja malas-malasan di tengah cuaca panas dan gersang di tambang. Dalam situasi tersebut, ada pertengkaran dan Group Leader yang menang. Sayangnya, pekerja lokal ini memiliki hubungan dengan preman setempat. Group Leader dipanggil ke kantor oleh atasannya. Tiba-tiba, ada kelompok massa datang dengan mengendarai mobil bak terbuka dan membawa golok. Security tidak bisa berbuat apa-apa, manajemen diam dan tidak bisa melakukan apa-apa karena nasib mereka tidak jauh berbeda dari Group Leader jika mereka melawan. Group Leader diminta untuk bersembunyi di bawah meja di ruangan atasannya dan ruangan dikunci. Massa masuk ke ruangan kantor dan mencari Group Leader, tapi untungnya tidak menemukannya. Akhirnya, Group Leader tersebut diterima dan dipindahkan ke site lain. Pekerja lokal yang malas-malasan tersebut masih bekerja dan merasa lebih kuat, saya merasa manajemen belum melakukan hal yang maksimal untuk melindungi pekerja mereka.

Banyak insiden yang terjadi di area tambang secara umum, dari yang tabrakan, terlindas dump truck, terkena longsoran, tenggelam di pit, jatuh dari ketinggian, tertimpa ban dump truck saat melakukan penggantian ban, dll, semua insiden ini memiliki konsekuensi fatal.

Sekarang saya sudah resign karena ingin mencari tempat kerja yang lebih nyaman, dan ingin lebih sering bertemu keluarga. Dan juga karena kerja di pertambangan identik dengan perantau dan rotasi kerja yang lama.

Baca Juga : Produktivitas Kerja: Rasio Antara Hasil Dan Sumber Daya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *